luruskan niat akhwat untuk memakai jilbab
luruskan niat akhwat untuk memakai jilbab
Ketika seorang akhwat berada disamping saya..
dia seraya berkata”aku ingin mencari akhwat yang panjang jilbabnya segini”(sambil menunjuk bagian dada dan siku)
subahannallah banget ,,
ada seorang ikhwan yang memperhatikan akhwat sampai segitunya..kan seorang akhwat yang soleh itu ingin mendapatkan akhwat yang tidak dilihat dari cantiknya ,tetapi melihat dari hatinya mau pun dari jilbabnya,,
aduuh jarang” juga ada akhwat yang seperti itu kalik ya didunia ini,,
tauu gak sih,
kalau jilbab untuk seorang akhwat itu berharga sekali,,
dia seraya berkata”aku ingin mencari akhwat yang panjang jilbabnya segini”(sambil menunjuk bagian dada dan siku)
subahannallah banget ,,
ada seorang ikhwan yang memperhatikan akhwat sampai segitunya..kan seorang akhwat yang soleh itu ingin mendapatkan akhwat yang tidak dilihat dari cantiknya ,tetapi melihat dari hatinya mau pun dari jilbabnya,,
aduuh jarang” juga ada akhwat yang seperti itu kalik ya didunia ini,,
tauu gak sih,
kalau jilbab untuk seorang akhwat itu berharga sekali,,
because,,,
dengan jilbab kita menutupi anggota tubuh kita yang berharga (aurat).
ada beberapa hal loh yang sudah pasti kita harus penuhi,bagi seorang akhwat dan itupun tidak bisa dikompromikan lagi ..
yaitu :
1. Menutupi semua anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan (juga sebagian pendapat ada yang berkata kaki masih diperbolehkan, namun sebagian besar ulama berkata harus ditutupi juga)
2. Tidak membentuk tubuh (panggul dan dada tidak terbentuk)
3. Tidak transparan (ini berlaku untuk kerudung juga, jangan sampai rambutnya masih bisa diterawang karena model kerudung sekrang kebanyakan tipis2)
4. tidak menyerupai laki-laki
5. jilbab diulurkan menutupi dada
hmm, tentu masih banyak perbedaan pendapat. Seperti Hizbuz Tahrir yang berpendapat bahwa jilbab itu harus berupa baju kurung terusan dari atas sampai bawah, dan berbagai pendapat lainnya. Tapi saya pikir 5 hal di atas sudah merupakan kode etik umum untuk kami para jilbabers.
Nah, realitanya di lapangan tentu banyak variasi dalam hal memakai jilbab, dari segi tipe warna, panjang sampai model.
Untuk panjang saya sampai saat ini belum menemukan panjang minimal harus sekian-sekian sekian. Tapi sepertinya (sepertinya ya) panjang jilbab bagi beberapa akhwat salah satunya ditentukan definisi 'dada', seperti yang dipraktekkan dalam sholat ketika meletakkan tangan di atas dada.
yaitu :
1. Menutupi semua anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan (juga sebagian pendapat ada yang berkata kaki masih diperbolehkan, namun sebagian besar ulama berkata harus ditutupi juga)
2. Tidak membentuk tubuh (panggul dan dada tidak terbentuk)
3. Tidak transparan (ini berlaku untuk kerudung juga, jangan sampai rambutnya masih bisa diterawang karena model kerudung sekrang kebanyakan tipis2)
4. tidak menyerupai laki-laki
5. jilbab diulurkan menutupi dada
hmm, tentu masih banyak perbedaan pendapat. Seperti Hizbuz Tahrir yang berpendapat bahwa jilbab itu harus berupa baju kurung terusan dari atas sampai bawah, dan berbagai pendapat lainnya. Tapi saya pikir 5 hal di atas sudah merupakan kode etik umum untuk kami para jilbabers.
Nah, realitanya di lapangan tentu banyak variasi dalam hal memakai jilbab, dari segi tipe warna, panjang sampai model.
Untuk panjang saya sampai saat ini belum menemukan panjang minimal harus sekian-sekian sekian. Tapi sepertinya (sepertinya ya) panjang jilbab bagi beberapa akhwat salah satunya ditentukan definisi 'dada', seperti yang dipraktekkan dalam sholat ketika meletakkan tangan di atas dada.
Daripada itu, ada alasan-alasan psikologis mengapa ukuran jilbab akhwat bervariasi.
Mereka yang tak mau dianggap 'lebih sholeh'
ada beberapa asumsi yang berkata bila jilbab terlalu panjang, akan di-cap akhwat sholeh yang bisa jadi untuk beberapa orang sangat mengganggu. Paradigma yang berkembang sekarang, menjadi seorang akhwat akan membatasi pergaulan (khususnya karena jilbabnya), tak bisa akrab dengan laki-laki, dsb. Atau bisa jadi jengah karena pasti dituntut untuk perfect. Untuk beberapa perempuan yang belum siap dengan itu, rata-rata lebih memilih panjang jilbab yang memang sesuai dengan rata-rata temannya pakai. Simbol, menjadi salah satu hal yang harus diikuti seseorang untuk diterima di lingkungannya, dalam hal ini jilbab.
Mereka yang panjang jilbabnya seperti kerekan bendera (naik-turun)
Panjang jilbabnya tidak istiqomah. Satu hari sangat panjang sampai siku, lain hari dinaikkan sampai ke pundak. Ini dialami mentor saya dulu, seiring dengan naik-turunnya imannya (katanya ;) )
Mereka yang tidak terlalu mementingkan panjang jilbab
Selama sesuai syariat yang dia yakini, its oke. Tak masalah ketika harus berbeda dengan teman-temannya. Dalam hal sosial, mereka lebih memperhatikan teladan-teladan lain seperti dalam akhlak dan profesionalitas kerja.
Mereka yang menyesuaikan dengan bentuk tubuh
Ada kecenderungan beberapa akhwat menggunakan ukuran jilbab mereka untuk mengkamuflase bentuk tubuh, seperti misal bila terlalu kurus, dipanjangkan biar ga terlalu kelihatan, atau sebaliknya, untuk menutupi badan yang cukup besar.
Dan golongan-golongan akhwat lainnya (ini saya ngaco banget kayanya bikin klasifikasi akhwat berdasarkan panjang jilbab.haha). Namun akhirnya, salah satu hal yang juga menentukan panjang jilbab seorang akhwat adalah: nyaman atau tidak. Ada yang nyaman dengan panjang jilbab sampai sesiku, ada yang nyaman dengan panjang jilbab sampai pundak saja, atau setengah lengan atas. Jilbab, selain dipengaruhi oleh keyakinan fiqh masing-masing juga ibarat mode. Untuk sebagian orang bisa jadi cocok untuk orang lain bisa jadi tidak.
Tapi yang ingin saya tekankan di sini adalah, jilbab memang menjadi identitas kami. Tapi tolong jangan ukur panjang jilbab kami untuk mengukur kadar iman kami. Jangan bilang bahwa jilbab yang lebih panjang berarti lebih beriman, jilbab yang lebih pendek berarti kurang beriman. Karena memang nyatanya kadar iman seseorang tak bisa ditentukan dari panjang jilbabnya :)
Komentar
Posting Komentar